Berkarya dengan kemampuan yang dimiliki tanpa ragu untuk terus berusaha memberikan yang terbaik dan disukai banyak orang
Kamis, 30 Juni 2016
Sendiri (")
Sendiri bukan berarti ga ada temen atau pun pacar, sahabat dan lain sebagainya.
Sebenarnya menyendiri itu buat merenung, menenangkan hati, menyadarkan diri.
Memang, kebanyakan orang pasti tidak suka sendiri melainkan lebih suka pada keramaian dan penuh orang-orang yang mengelilinginya.
Katanya sendiri itu ga enak nyatanya gua lebih suka menyendiri dari pada beramai-ramai tapi masih merasa sendiri.
Hidup setiap manusia itu berbeda-beda. Ada kalanya mereka butuh waktu sendiri dan ada kalanya mereka butuh keramaian.
Soo..
Nikmati saja hidup yang Tuhan berikan, jangan selalu mengeluh, nanti Tuhan ga mau kasih apa-apa lagi, bahkan apa yang di minta/yang menjadi do'a.
Hidup itu indah bila kita mensyukuri dan menikmatinya karna setiap detiknya itu sangat berharga.
Tuhan itu baik karena ingin makhluk ciptaannya merasakan apa-apa saja yang ada di bumi, dan situasi serta kondisi apa saja yang ada di bumi.
Jangan iri dengan kehidupan orang lain yang lebih baik dari kita. Mungkin saja di balik bahagianya mereka ada pula kesedihan yang mendalam.
Lihatlah,, ada pula yang hidupnya lebih buruk dari kita tapi tetap Tuhan tidak akan memilah-milah dari segi duniawi. Kelak Tuhan akan memilih mana orang yang akan bertahan di jalan-Nya.
Selasa, 14 Juni 2016
ANALISIS SEMIOTIK
Pengertian
Kata
semiotik (semiotics) berasal dari
bahasa yunani semeion yang lazim diartikan sebagai a sign by which something is known (suatu tanda dimana sesuatu
dapat diketahui). John locke (1960) mengembangkan pemahaman demikian untuk
menguraikan tentang bagaimana manusia memahami sesuatu melalui lambang-lambang,
seperti muncul dalam karyanya yang berjudul Essay
Conserning Human Understanding. Pemikiran Locke sampai sekarang masih
dinilai sebagai sebagian dari doktrin filsafat mengenai lambang-lambang.
Secara
singkat dapat dinyatakan bahwa analisis (semiotical
analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan
makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang
pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk
serta sistem lambang (sign) baik yang
terdapat pada media massa (televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara
radi dan berbagai bentuk iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (karya
lukis, patung, candi, monumen, fashion show dan menu masakan pada suatu food
festival). Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut
dengan teks berupa lambang-lambang (sign).
Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi
pusat perhatian analisis semiotik.
Beberapa
Tokoh yang Memberikan Kontribusi
a. Charles
sanders pierce (1839-1914)
Ia adalah seorang ahli matematika dari
AS yang sangat tertark pada persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian
mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan
sistematisasi terhadap pengetahuan.
Konsep Semiotik menurut Charles Sander Pierce
merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks,
dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat
alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan
hubungan kausualitas (sebab-akibat). Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak
adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda (bersifat arbiter).
b. Ferdinand
De Saussure (1857-1913)
Konsep Semiotik menurut Ferdinan de Saussure
menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda (signifier),
dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai
suatu petanda (misalnya ucapan, gambar, lukisan). Penanda adalah bentuk formal
bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal. Maksudnya
menunjukkan pada aspek mental dari lambang, yakni pemikiran bersifat asosiasif
tentang lambang. Kedua jenis lambang ini saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.
Suatu hal yang menarik dalam hal ini adalah bahwa
terdapat dua istilah yang berbeda, ayitu semiotika dan semiologi. Semiotika
pada umumnya digunakan untuk menunjukkan studi tentang lambang-lambang. Secara
luas baik dalam konteks kultural maupun natural (mislanya asap dengan api,
simptom dengan penyakit). Sementara semiologi lebih tertuju pada
lambang-lambang bahasa, terutama dalam konteks komunikasi yang memiliki
tujuan-tujuan tertentu atau yang sering disebut dengan intentional
commuication, yang karenanya lebih bersifat kultural.
c. Roland
Barthes
Pemikiran Barthes tentang semiotika
dipengaruhi oleh Saussure. Kalau Saussure mengintrodusir istilah signifier dan
signiefed berenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan
maka Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk
tingkatan-tingkatan makna. Makna donotasi adalah makna tingkat pertama yang
bersifat objektif (first order) yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang,
yakni dengan mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitas atau
gejala yang ditunjukkan. Kemudian makna konotasi adalah makna-makna yang dapat
diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang
karenanya berada pada tingkatan kedua (second
order).
Yang menarik berkenaan dengan semiotika
Roland Barthes adalah digunakannya istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat
kultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan
gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang – penjelasan mana
yang notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan
mengacu sejarah (di samping budaya). Dengan kata lain, mitos berfungsi sebagai
deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan
berpijak pada nilai-nilaisejarah dan budaya masyarakat. Bagi Barthes teks
merupakan konstruksi lambang-lambang atau pesan yang pemaknaannya tidak cukup
hanya dengan mengaitkan signifier dengan signified semata sebagaimana
disarankan oleh Saussure, namun juga harus dilakukan dengan memperhatikan
susunan dan isi dari lambang. Karena hal ini maka pemaknaan terhadap
lambang-lambang, bagi Barthes, selayaknya dilakukan dengan merekontruksi
lambang-lambang bersangkutan. Dalam upaya tak terelakan: banyak hal diluar
(atau tepatnya dibalik) lambang (atau mungkin bahasa) harus dicari untuk dapat
memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang, dan inilah yang disebut dengan
mitos.
Macam-macam
Semiotik
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang dikenal
sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara lain:
1. Semiotik
analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan
makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang
terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2. Semiotik
deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
3. Semiotik faunal zoosemiotic, merupakan
semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah system tanda yang ada
dalam kebudayaan masyarakat.
4. Semiotik
naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan c erita lisan (folklore).
5. Semiotik
natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda
yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
6. Semiotik
sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian
kata berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah
system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Referensi:
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara.
Alex Sobur. 2004. Analisis Teks Media: analisis wacana, analisis semiotika
dan analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sariban. 2009. Teori
dan penerapan penelitian sastra. Surabaya: Lentera Cendikia
Langganan:
Postingan (Atom)