MAKALAH
‘ULUM AL-QUR’AN
KEMU’JIZATAN
DOSEN
PENGAMPU: AKBAR IMANUDDIN, S. Th. I
OLEH:
RAHMAH
RAMADHANI
RAHMAWATI
PUBLIC
RELATION
FAKULTAS
USHULUDDIN
IAIN
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN
2013
PENDAHULUAN
Al-Qur’an mempunyai setidaknya dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad Saw. Sebagai sumber ajaran Al-Qur’an memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang merupakan perjalanan akhir dari kehidupan mereka. Karna sifatnya memberi arah, norma-norma tersebut kemudian dinamai syariah yang berarti jalan lurus.
Disamping sebagai
sumber ajaran islam, Al-Qur’an juga disampaikan Tuhan untuk menjadi bukti
kebenaran kerasulan Muhammad Saw, terutama bagi mereka yang menentang
dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian ilmu-ilmu
Al-Quran disebut mu’jizat.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kemu’jizatan Al-Qur’an
Secara
bahasa kata Mu’jizat berbentuk isim fa’il yang berasal dari kata
:
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً –
مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ
yang
berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang
luar biasa).
Secara
istilah, Manna’ Qaththan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
اَلْمُعْجِزَةُ هِيَ اَمْرٌ خَارِقٌ
لِلْعَـادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّى سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارَضَةِ
Artinya:
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai
dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah
SWT. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah Ilahi
terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak mengakui kerasulan
mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan)
Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah SWT. Adapun tujuan diberikannya
mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan
orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan
kerasulan mereka.
Umumnya mu’jizat para Nabi dan Rasul
itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui
sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya,
zaman Nabi Musa as. adalah zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat
utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa
as. adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu
menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit
sopak atau kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi
Muhammad SAW. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya
adalah Al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang
amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan
Al-Qur’an.
B.
Cara Memahami Kemu’jizatan Al-Qur’an
Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman bukti-bukti itu.
1. Kepribadian Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad
Saw. seorang yang tidak gila kedudukan, harta, dan wanita. Hal ini dibuktikan,
ketika beliau diminta agar memberhentikan dakwahnya. Jika beliau mau menerima
permintaan ini, tokoh-tokoh kaum musyrik Makkah memberikan kepadanya kedudukan,
harta, dan wanita. namun itu semua ditolaknya, bahkan beliau menjawab:
“Walau matahari diletakkan di tangan kananku, dan
bulan di tangan kiriku, tidak akan kutinggalkan misiku sampai berhasil atau aku
gugur mempertahankannya, “jawab beliau.
Ia tidak pernah berguru kepada siapa
pun. Ini dinyatakan Allah SWT,
Katakan: “ Jika Allah menghendaki, aku tidak akan
membacakannya, kepadamu dan la pun tidak akan mengajarkannya kepadamu. Bukankah
aku telah hidup sepanjang usiaku di tengah-tengah kamu. Tidakkah kamu
merenungkannya." (Yunus 16).
Al-Quran
juga menyatakan
bahwa seandainya
Muhammad dapat
membaca
atau menulis pastilah akan
ada yang
meragukan kenabian beliau.
2.
Kondisi Saat Turunnya Ayat
Tentu banyak
sisi dari kondisi masyarakat yang dapat dikemukakan, namun yang terpenting
dalam konteks uraian tentang mukjizat adalah perkembangan ilmu pengetahuan, kemampuan
ilmiah masyarakat Arab, serta masyarakat umat manusia secara umum.
Al-Quran
menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat ummiyyin. Kata ini adalah
bentuk jamak dari kata ummiy yang terambil dari kata umm yang arti
harfiahnya adalah ibu dalam arti bahwa seorang ummiy adalah yang
keadaannya sama dengan keadaan pada saat dilahirkan oleh ibunya dalam hal
kemampuan membaca dan menulis.
Memahami
kondisi masyarakat dan perkembangan pengetahuan pada masa turunnya Al-Quran
akan menunjang bukti kebenaran Al-Quran saat disadari betapa kitab suci ini
memaparkan hakikat-hakikat ilmiah yang tidak dikenal kecuali pada masa-masa
sesudahnya.
3.
Masa dan Cara Kehadiran Al-Qur’an
Hal ketiga yang
tidak kurang pentingnya dalam upaya lebih meyakinkan tentang kemu’jizatan
Al-Quran adalah masa dan cara turunnya wahyu AlQuran kepada Nabi Muhammad Saw.
Yang perlu
digarisbawahi dalam konteks pembuktian kemukjizatan Al-Quran adalah :
·
Kehadiran wahyu
Al-Quran diluar kehendak Nabi Muhammad Saw.
·
Kehadirannya
secara tiba-tiba.
C.
Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
1)
Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang
khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang
indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an
memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan
mereka tidak mampu membuat seperti itu (meniru Al-Qur’an). Mereka tidak pernah
mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa
kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam sejarah
diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam setelah
mendengar ayat-ayat pertama surat Thaaha. Inilah bukti kemu’jizatan Al-Qur’an
dari segi bahasanya.
Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan
Al-Qur’an dari aspek bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan
kata-kata yang digunakannya.
2)
Dari
Segi Hukum (Tasyri’)
Manusia pada dasarnya adalah makhluk
sosial. Dalam memenuhi kebutuhannya, Manusia memerlukan orang lain dan orang
lain pun memerlukannya. Kerjasama antara manusia adalah tuntutan sosial yang
diharuskan oleh peradaban manusia. Akan tetapi sering kali manusia berlaku
zhalim terhadap sesamanya, terdorong oleh kecintaan diri dan rasa ingin
berkuasa. Maka jika mereka dibiarkan tanpa kendali yang membatasi pergaulannya,
mengatur hal ikhwal kehidpannya, menjaga hak-hak dan kehormatannya tentu urusan
mereka akan menjadi kacau. Dengan demikian maka setiap masyarakat manusia harus
memiliki system yang mengatur kendalinya dan dapat mewujudkan keadilan diantara
indivinu-individunya.
Ummat manusia telah mengenal,
disepanjang masa sejarah berbagai macam pandangan, system dan tasyri’
(perundang-undangan) yang bertujuan tercapainya kebahagiaan individu didalam
masyarakat yang utama. Namun tidak satupun dari mereka yang mencapai keindahan
dan kebesaran seperti yang dicapai Al-Qur’an dalam kemu’jizatan tasyri’.
Apabila aqidah seorang muslim telah
benar, maka ia wajib menirima segala syari’at Qur’an baik menyangkut kewajiban
maupun ibadah. Setiap ibadah yang difardhukan bermakna kebaikan individu dan
disamping itu ibadah erat kaitannya dengan kebikan kelompok masyarakat.
Ketika Al-Qur`an berbicara tentang
hukum (tasyri’) baik yang bersifat individu, sosial (pidana, perdata, ekonomi
serta politik) dan ibadah. Sepanjang sejarah peradaban umat, manusia selalu
berusaha membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus sebagai landasan hidup
mereka dalam kehidupan mereka. Namun demikian hukum-hukum tersebut selalu
direkonstruksi diamandement bahkan dihapuskan sesuai dengan tingkat kemajuan
intelekstualitas dan kebutuhan dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks.
Perkara ini tak berlaku pada Al-Qur`an.
Hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur`an selalu berlaku
sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur`an datang dari Zat yang
Maha Adil lagi Bijaksana.
Yang menarik diantara hukum-hukum
tersebut adalah bagaimana Allah memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan
keseimbangan baik untuk jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus
ketuhanan. Misalnya shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah
aqil-balig dan tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan apapun.
3)
Berita Ghaib
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an
dapat dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut masa lalu.
Sebagai contohnya : kisah Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan
Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di
dunia maupun di akhirat.
Berita ghaib menyangkut masa yang
akan terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam
perang Badar dijelaskan dalam QS. Al-Qamar/54: 45, peristiwa Fathu Makkah
dijelaskan dalam QS. Al-Fath/48: 27, dan sebagainya.
4)
Sains
dan IPTEK
Banyak orang
terjebak dalam kesalahan ketika mereka harus berisi keras membuktikan bahwa Al-Qur’an
mengandung segala teori Ilmiah. setiap muncul teori baru mereka mencari kemungkinannya
dalam ayat, kemudian ayat ini mereka ta’wilkan sesuai dengan teori ilmiah
tersebut. Adapun Sumber kesalahan-kesalahan tersebut ialah bahwa teori-teori
ilmu pengetahuan itu selalu beru yang sejalan dengan tabiat kemajuan zaman. Posisi
ilmu pengetahuan selalu berada dalam kekurangsempurnaan, itulah yang akan
terjadi selamanya, terkadang diliputi kekaburan dan disaat yang lain diliputi
kesalahan. Demikianlah seterusnya sampai dia mendekati kebenaran dan mencapai
tingkat keyakinan.
Kemu’jizatan ilmiahAal-Qur’an bukanlah terletak pada pencakupan-pencangkupan akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi kemu’jizatan Ilmiahnya itu terletak pada dorongannya untuk berfikir dan menggunakan akal.
Kemu’jizatan ilmiahAal-Qur’an bukanlah terletak pada pencakupan-pencangkupan akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi kemu’jizatan Ilmiahnya itu terletak pada dorongannya untuk berfikir dan menggunakan akal.
Al-Qur’an mendorong manusia agar
memperhatikan dan memikirkan alam. Semua persoalan dan kaidah ilmu pengetahuan
yang telah mapan dan menyakinkan merupakan dari pemikiran yang kokoh yang
dianjurkan Al-Qur’an, yang tidak ada pertentangan sedikitpun dengannya. Ilmu
pengetahuan telah maju dan telah abnyak pula masalah-masalahnya, namuan apa
yang telah tetap dari padanya tidak bertentangan sedikitpun dengan salah satu
ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an
menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan
segala apa yang ada didalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada
Allah.
Demikianlah
bahwa kemu’jizatan al-Qur’an secara Ilmiah itu terletak pada semangatnya yang
diberikan kepada Umat Islam agar berfikir. Ia membukakan pintu-pintu ilmu
pengetahuan ia mengajak kita untuk memasukinya, maju didalam ilmu pengetahuan
dan menerima segala ilmu pengetahuan yang baru yang valid dan stabil. Dan
disamping itu semua, didalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat Ilmiah yang
diungkapkan dalam konteks Hidayah. Misalnya perkawinan tumbuh-tumbuhan, masa
pertumbuhan manusia didalam janin (rahim) yang merupakan fakta ilmiah lainnya.
Kebenaran
Al-Qur’an adalah kebenaran final, pasti dan mutlak. Sedangkan apa yang dicapai
dalam penyelidikan manusia, betapapun canggih alat-alat yang dipergunakannya,
adalah tetap saja kebenarannya tidak final dan tidak pasti. Sebab
kebenaran-kebenaran tersebut terikat dengan aturan-aturan eksperimentasi,
kondisi yang melingkupi dan peralatannya dan merupakan kesalahan metodologis
yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Sebab bagaimanapun teori-teori hipotesis
ilmiah itu senantiasa dapat berubah, berganti, berkurang dan bertambah bahkan
bisa berubah seiring dengan munculnya alat penemuan baru atau penafsiran baru
terhadap sejumlah hasil pengamatan lama.
KESIMPULAN
Mukjizat adalah
suatu hal yang luar biasa yang dianugrahkan oleh Allah kepadaNabi/ Rasul-Nya
untuk membuktikan kebenaran kenabian atau kerasulannya.
Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran
sebagai:
·
Mu'jizat bagi
Rasulullah Muhammad saw
·
Pedoman hidup
bagi setiap Muslim
·
Korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Quraish
shihab, Muhammad, mu,jizat Al-Qur’an, Bandung: mizan, 1992
Quraish
shihab, Muhammad, et al, sejarah dan ulum Al-Qur’an Jakarta; pustaka firdaus,
1999.
Baiqoni,
ahmad. Islam dan ilmu pengetahuan Modern, Bandung: Pustaka 1983.
http://illsionst.blogspot.com/2011/05/kemujizatan.html
Syadali, Ahmad, Ulumul Qur’an, Pustaka
Setia, Bandung, 1997.
Shiddiqy,Teungku, Ilmu-Ilmu Al
Qur’an, PT Pustaka Riski Putra
Anas , Idhoh, Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an, Al
Asri, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar