Senin, 27 April 2015

KEMU'JIZATAN



MAKALAH
 ‘ULUM AL-QUR’AN
KEMU’JIZATAN
DOSEN PENGAMPU: AKBAR IMANUDDIN, S. Th. I


OLEH:
RAHMAH RAMADHANI
RAHMAWATI


PUBLIC RELATION
FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2013



PENDAHULUAN

            Al-Qur’an mempunyai setidaknya dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad Saw. Sebagai sumber ajaran  Al-Qur’an memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang merupakan perjalanan akhir dari kehidupan mereka. Karna sifatnya memberi arah, norma-norma tersebut kemudian dinamai syariah yang berarti jalan lurus.
Disamping sebagai sumber ajaran islam, Al-Qur’an juga disampaikan Tuhan untuk menjadi bukti kebenaran kerasulan Muhammad Saw, terutama bagi mereka yang menentang dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian ilmu-ilmu Al-Quran disebut mu’jizat.






PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kemu’jizatan Al-Qur’an
            Secara bahasa kata Mu’jizat berbentuk isim fa’il yang berasal dari kata :
اَعْجَزَ – يُعْجِزُ – اِعْجَازً – مُعْجِزٌ / مُعْجِزَةٌ
yang berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara istilah, Manna’ Qaththan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
اَلْمُعْجِزَةُ هِيَ اَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَـادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّى سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارَضَةِ
Artinya:
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
            Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah SWT. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah SWT. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
            Umumnya mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad SAW. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.

B.     Cara Memahami Kemu’jizatan Al-Qur’an
            Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman bukti-bukti itu.
1.      Kepribadian Nabi Muhammad Saw.
            Nabi Muhammad Saw. seorang yang tidak gila kedudukan, harta, dan wanita. Hal ini dibuktikan, ketika beliau diminta agar memberhentikan dakwahnya. Jika beliau mau menerima permintaan ini, tokoh-tokoh kaum musyrik Makkah memberikan kepadanya kedudukan, harta, dan wanita. namun itu semua ditolaknya, bahkan beliau menjawab:
Walau matahari diletakkan di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, tidak akan kutinggalkan misiku sampai berhasil atau aku gugur mempertahankannya, “jawab beliau.
Ia tidak pernah ber­guru kepada siapa pun. Ini dinyatakan Allah SWT,
Katakan: “ Jika Allah menghendaki, aku tidak akan membacakannya, kepadamu dan la pun tidak akan mengajarkannya kepadamu. Bukankah aku telah hidup sepanjang usiaku di tengah-tengah kamu. Tidakkah kamu merenungkannya." (Yunus 16).
            Al-Qura juga   menyataka bahwa   seandainy Muhamma dapat membaca  atau  menulis  pastilah  akan  ada  yang  meragukan  kenabian  beliau.

2.      Kondisi Saat Turunnya Ayat
            Tentu banyak sisi dari kondisi masyarakat yang dapat dikemukakan, namun yang terpenting dalam konteks uraian tentang mukjizat adalah perkembangan ilmu pengetahuan, kemampuan ilmiah masyarakat Arab, serta masyarakat umat manusia secara umum.
            Al-Quran menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat ummiyyin. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata ummiy yang terambil dari kata umm yang arti harfiahnya adalah ibu dalam arti bahwa seorang ummiy adalah yang keadaannya sama dengan keadaan pada saat dilahirkan oleh ibunya dalam hal kemampuan membaca dan menulis.
            Memahami kondisi masyarakat dan perkembangan pengetahuan pada masa turunnya Al-Quran akan menunjang bukti kebenaran Al-Quran saat disadari betapa kitab suci ini memaparkan hakikat-hakikat ilmiah yang tidak dikenal kecuali pada masa-masa sesudahnya.

3.      Masa dan Cara Kehadiran Al-Qur’an
            Hal ketiga yang tidak kurang pentingnya dalam upaya lebih meyakinkan tentang kemu’jizatan Al-Quran adalah masa dan cara turunnya wahyu AlQuran kepada Nabi Muhammad Saw.
            Yang perlu digarisbawahi dalam konteks pembuktian kemukjizatan Al-Quran adalah :
·         Kehadiran wahyu Al-Quran diluar kehendak Nabi Muhammad Saw.
·         Kehadirannya secara tiba-tiba.


C.    Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
1)      Gaya Bahasa (Uslub)
            Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an memakai bahasa dan lafadz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat seperti itu (meniru Al-Qur’an). Mereka tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thaaha. Inilah bukti kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasanya.
Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan Al-Qur’an dari aspek bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya.
2)      Dari Segi Hukum (Tasyri’)
            Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Dalam memenuhi kebutuhannya, Manusia memerlukan orang lain dan orang lain pun memerlukannya. Kerjasama antara manusia adalah tuntutan sosial yang diharuskan oleh peradaban manusia. Akan tetapi sering kali manusia berlaku zhalim terhadap sesamanya, terdorong oleh kecintaan diri dan rasa ingin berkuasa. Maka jika mereka dibiarkan tanpa kendali yang membatasi pergaulannya, mengatur hal ikhwal kehidpannya, menjaga hak-hak dan kehormatannya tentu urusan mereka akan menjadi kacau. Dengan demikian maka setiap masyarakat manusia harus memiliki system yang mengatur kendalinya dan dapat mewujudkan keadilan diantara indivinu-individunya.
            Ummat manusia telah mengenal, disepanjang masa sejarah berbagai macam pandangan, system dan tasyri’ (perundang-undangan) yang bertujuan tercapainya kebahagiaan individu didalam masyarakat yang utama. Namun tidak satupun dari mereka yang mencapai keindahan dan kebesaran seperti yang dicapai Al-Qur’an dalam kemu’jizatan tasyri’.
            Apabila aqidah seorang muslim telah benar, maka ia wajib menirima segala syari’at Qur’an baik menyangkut kewajiban maupun ibadah. Setiap ibadah yang difardhukan bermakna kebaikan individu dan disamping itu ibadah erat kaitannya dengan kebikan kelompok masyarakat.
            Ketika Al-Qur`an berbicara tentang hukum (tasyri’) baik yang bersifat individu, sosial (pidana, perdata, ekonomi serta politik) dan ibadah. Sepanjang sejarah peradaban umat, manusia selalu berusaha membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus sebagai landasan hidup mereka dalam kehidupan mereka. Namun demikian hukum-hukum tersebut selalu direkonstruksi diamandement bahkan dihapuskan sesuai dengan tingkat kemajuan intelekstualitas dan kebutuhan dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks. Perkara ini tak berlaku pada Al-Qur`an.
Hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur`an selalu berlaku sepanjang hayat, dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur`an datang dari Zat yang Maha Adil lagi Bijaksana.
            Yang menarik diantara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana Allah memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk jasmani dan rohani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya shalat yang hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah aqil-balig dan tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan apapun.

3)      Berita Ghaib
            Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
            Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya : kisah Nabi Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu.
            Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di akhirat.
            Berita ghaib menyangkut masa yang akan terjadi lainnya, misalnya berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan dalam QS. Al-Qamar/54: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam QS. Al-Fath/48: 27, dan sebagainya.

4)      Sains dan IPTEK
            Banyak orang terjebak dalam kesalahan ketika mereka harus berisi keras membuktikan bahwa Al-Qur’an mengandung segala teori Ilmiah. setiap muncul teori baru mereka mencari kemungkinannya dalam ayat, kemudian ayat ini mereka ta’wilkan sesuai dengan teori ilmiah tersebut. Adapun Sumber kesalahan-kesalahan tersebut ialah bahwa teori-teori ilmu pengetahuan itu selalu beru yang sejalan dengan tabiat kemajuan zaman. Posisi ilmu pengetahuan selalu berada dalam kekurangsempurnaan, itulah yang akan terjadi selamanya, terkadang diliputi kekaburan dan disaat yang lain diliputi kesalahan. Demikianlah seterusnya sampai dia mendekati kebenaran dan mencapai tingkat keyakinan.
Kemu’jizatan ilmiahAal-Qur’an bukanlah terletak pada pencakupan-pencangkupan akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi kemu’jizatan Ilmiahnya itu terletak pada dorongannya untuk berfikir dan menggunakan akal.
Al-Qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Semua persoalan dan kaidah ilmu pengetahuan yang telah mapan dan menyakinkan merupakan dari pemikiran yang kokoh yang dianjurkan Al-Qur’an, yang tidak ada pertentangan sedikitpun dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah abnyak pula masalah-masalahnya, namuan apa yang telah tetap dari padanya tidak bertentangan sedikitpun dengan salah satu ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
            Al-Qur’an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan segala apa yang ada didalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada Allah.
            Demikianlah bahwa kemu’jizatan al-Qur’an secara Ilmiah itu terletak pada semangatnya yang diberikan kepada Umat Islam agar berfikir. Ia membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan ia mengajak kita untuk memasukinya, maju didalam ilmu pengetahuan dan menerima segala ilmu pengetahuan yang baru yang valid dan stabil. Dan disamping itu semua, didalam Al-Qur’an terdapat isyarat-isyarat Ilmiah yang diungkapkan dalam konteks Hidayah. Misalnya perkawinan tumbuh-tumbuhan, masa pertumbuhan manusia didalam janin (rahim) yang merupakan fakta ilmiah lainnya.
            Kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran final, pasti dan mutlak. Sedangkan apa yang dicapai dalam penyelidikan manusia, betapapun canggih alat-alat yang dipergunakannya, adalah tetap saja kebenarannya tidak final dan tidak pasti. Sebab kebenaran-kebenaran tersebut terikat dengan aturan-aturan eksperimentasi, kondisi yang melingkupi dan peralatannya dan merupakan kesalahan metodologis yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Sebab bagaimanapun teori-teori hipotesis ilmiah itu senantiasa dapat berubah, berganti, berkurang dan bertambah bahkan bisa berubah seiring dengan munculnya alat penemuan baru atau penafsiran baru terhadap sejumlah hasil pengamatan lama.



KESIMPULAN

            Mukjizat adalah suatu hal yang luar biasa yang dianugrahkan oleh Allah kepadaNabi/ Rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian atau kerasulannya.
            Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran sebagai:
·         Mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw
·         Pedoman hidup bagi setiap Muslim
·         Korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya       




DAFTAR PUSTAKA

Quraish shihab, Muhammad, mu,jizat Al-Qur’an, Bandung: mizan, 1992
Quraish shihab, Muhammad, et al, sejarah dan ulum Al-Qur’an Jakarta; pustaka firdaus, 1999.
Baiqoni, ahmad. Islam dan ilmu pengetahuan Modern, Bandung: Pustaka 1983.
http://illsionst.blogspot.com/2011/05/kemujizatan.html                      
Syadali, Ahmad, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Shiddiqy,Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, PT Pustaka Riski Putra
Anas , Idhoh,  Kaidah-Kaidah Ulumul Qur’an, Al Asri,  2008.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar