Senin, 11 Mei 2020

RESEARCH PUBLIC DAN ANALISIS MEDIA (ANALISIS SEMIOTIK PADA IKLAN OBAT NYAMUK DOMESTOS NOMOS VERSI CICAK)




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Setiap hari kita tidak bisa menghindar dari iklan, iklan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, dari dalam rumah dan dimanapun kita berada iklan akan selalu terlihat, terdengar dan terucap. Model/talent digunakan sebagai pendekatan iklan untuk mendukung suatu produk. Teknik animasi biasanya dijadikan pilihan bila konsep iklannya sulit dieksekusi dengan mempergunakan aktor dari dunia nyata (real film). Pada kategori obat nyamuk, model/talent yang digunakan biasanya diperankan oleh seorang ibu bersama anak atau keluarganya yang terkena gangguan nyamuk. Namun pada Iklan obat nyamuk Domestos Nomos versi “Cicak” menampilkan hewan cicak sebagai modelnya.
Berbagai iklan yang berkaitan dengan kenyaman akan gangguan dari nyamuk menjadi marak misalnya Domestos Nomos, Baigon, Vape dan lain-lain. Iklan-iklan tersebut secara langsung mempengaruhi setiap orang. Untuk menghasilkan iklan yang efektif sekaligus bisa “membius” publik, tentunya dibutuhkan strategi perancangan yang matang. Bukan cuma tampilan fisik atau visual yang “wah”, tapi juga mampu mengkomunikasikan pesan (message) yang tersembunyi. Artinya, mampu memadukan pesan yang eksplisit dengan pesan yang implisit. Di sinilah, dibutuhkan strategi cerdas dan bijak agar pesan yang dikedepankan bisa ditangkap dalam durasi waktu tertentu, untuk strata sosial dan usia yang bervariasi.
Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi persuasif yang merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang bermaksud membujuk khalayak untuk memanfaatkan barang atau jasa. Banyak jenis-jenis iklan yang dapat digunakan untuk membujuk guna mengenal pesan yang disampaikan melalui iklan. Hanya saja komunikasi persuasif dalam periklanan memiliki audien yang tidak mengetahui secara pasti sumber pengirim, keputusan yang mereka buat, tergantung pada seberapa besar komunikator mempengaruhi atau meyakinkan mereka. Untuk itu diperlukan analisis yang terencana berdasarkan kaidah peneltian, guna mengukur seberapa besar efektivitas pesan melalui iklan dapat mempengaruhi keputusan audien.
Analisis semiotik yang merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang  pesan atau teks. Semiotik juga berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagaisuatu yang atas dasar konvensi sosial yang tebangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.[1]

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah pesan yang terkandung dalam iklan obat nyamuk yang menampilkan cicak sebagai modelnya ditelevisi?
2.      Bagaimanakah denotasi dan konotasi iklan obat nyamuk yang terpampang?
3.      Apa makna representasi keperkasaan teknologi atas alam dalam iklan obat nyamuk di televisi, dilihat dari perspektif semiotika?
4.      Bagaimanakah  hubungan antara bentuk atau ekspresi iklan dengan makna yang terkandung di dalam iklan obat nyamuk?




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori
1.      Iklan
Iklan merupakan salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh insan kretif, dalam hal ini wartawan, untuk penerbitan pers.[2] Iklan mengandung daya informatif persuasif yang secara konsensus harus memilih kata-kata yang dimengerti oleh khalayak pembaca. Di samping memiliki daya informatif persuasif, iklan juga mempunyai sifat khas yang menjadi karakteristiknya, yaitu singkat, lancar, padat, sederhana, netral, dan menarik. Selain itu, bahasa iklan mempunyai bentuk komunikasi yang khas. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menarik perhatian calon konsumen dalam menawarkan produk-produk suatu perusahaan dengan tampilan gambar dan kata-kata yang menarik yang termuat dalam media elektronik maupun media cetak.
Iklan terbagi menjadi dua macam, yaitu iklan lisan dan iklan tulis. Iklan lisan sering dijumpai di televisi, yang tersajikan dalam bentuk berupa kata-kata singkat namun menarik, disertai dengan gambar-gambar mencolok yang dapat bergerak, dapat dinikmati audio visualnya. Dan dapat dikatakan bahwa iklan lisan adalah iklan yang memuat tentang produk dengan tampilan audio visual yang menarik. Sedangkan iklan tulis merupakan iklan yang sering dijumpai di media cetak (majalah, tabloid, surat kabar dan lain-lain). Iklan tulis hanya berupa kata-kata dan gambar yang mencolok dan menarik, namun tidak dapat bergerak seperti di televisi.

2.      Domestos Nomos
Domestos Nomos memiliki varian produk mulai dari pembersih kuman dalam bentuk cair sampai obat nyamuk bakar. Domestos Nomos Protector adalah anti nyamuk bakar yang berguna untuk mengendalikan berbagai jenis nyamuk penyebab penyakit. Dengan formula barunya yang mengandung Metoflutrin 0,01%, Domestos Nomos Protector terbukti efektif mengendalikan nyamuk seperti Culex quinquefasciatus, Aedes aegypti (perantara Demam Berdarah), dan Anopheles aconitus (perantara Malaria).

3.      Fungsi dan Tujuan Periklanan
Fungsi periklanan meliputi: [3]
a.       Informing (Memberi Informasi). Periklanan dapat memberitahukan pasar tentang suatu produk baru dan perubahan harga, menyusulkan kegunaan suatu produk baru menjelaskan cara kerja, dan membangun citra perusahaan.
b.      Persuading (Membujuk). Periklanan dapat membentuk preferensi merek, mengubah persepsi konsumen tentang atribut produk, mengajak konsumen untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan dan membujuk konsumen untuk membeli sekarang.
c.       Reminding (Mengingatkan). Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen dan meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada.
d.      Adding Value (Memberikan Nilai Tambah). Periklanan memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga seringkali merek dipandang sebagai lebih elegen, lebih bergaya,dan biasa lebih unggul dari tawaran pesaing.
Tujuan periklanan harus berdasarkan pada target pasar, penentuan posisi pasar, dan bauran pemasaran. Tujuan periklanan dapat digolongkan berdasarkan sasarannya, yaitu:[4]
a.       Informative advertising, diadakan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk, tujuannya adalah untuk membentuk permintaan pertama.
b.      Persuasive advertising, penting untuk dilakukan dalam tahap persaingan, tujuannya adalah membentuk permintaan selektif atas suatu merek tertentu.
c.       Reminder advertising, sangat penting untuk produk yang sudah mapan, tujuannya adalah untuk mengingatkan kembali konsumen terhadap produk yang sudah dikenal dan meyakinkan konsumen bahwa mereka telah melakukan pembelian yang tepat terhadap produk tersebut.
4.      Semiotik
Kata semiotik (semiotics) berasal dari bahasa yunani semeion yang lazim diartikan sebagai a sign by which something is known (suatu tanda dimana sesuatu dapat diketahui). John locke (1960) mengembangkan pemahaman demikian untuk menguraikan tentang bagaimana manusia memahami sesuatu melalui lambang-lambang, seperti muncul dalam karyanya yang berjudul Essay Conserning Human Understanding. Pemikiran Locke sampai sekarang masih dinilai sebagai sebagian dari doktrin filsafat mengenai lambang-lambang.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa analisis semiotik (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik yang terdapat pada media massa (televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radi dan berbagai bentuk iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (karya lukis, patung, candi, monumen, fashion show dan menu masakan pada suatu food festival). Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.[5]
Beberapa Tokoh yang Memberikan Kontribusi:[6]
a.       Charles sanders pierce (1839-1914)
Ia adalah seorang ahli matematika dari AS yang sangat tertark pada persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan.
Konsep Semiotik menurut Charles Sander Pierce merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas (sebab-akibat). Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda (bersifat arbiter).
b.      Ferdinand De Saussure (1857-1913)
Konsep Semiotik menurut Ferdinan de Saussure menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda (misalnya ucapan, gambar, lukisan). Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal. Maksudnya menunjukkan pada aspek mental dari lambang, yakni pemikiran bersifat asosiasif tentang lambang. Kedua jenis lambang ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Suatu hal yang menarik dalam hal ini adalah bahwa terdapat dua istilah yang berbeda, ayitu semiotika dan semiologi. Semiotika pada umumnya digunakan untuk menunjukkan studi tentang lambang-lambang. Secara luas baik dalam konteks kultural maupun natural (mislanya asap dengan api, simptom dengan penyakit). Sementara semiologi lebih tertuju pada lambang-lambang bahasa, terutama dalam konteks komunikasi yang memiliki tujuan-tujuan tertentu atau yang sering disebut dengan intentional commuication, yang karenanya lebih bersifat kultural.
c.       Roland Barthes
Pemikiran Barthes tentang semiotika dipengaruhi oleh Saussure. Kalau Saussure mengintrodusir istilah signifier dan signiefed berenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan maka Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk tingkatan-tingkatan makna. Makna donotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif (first order) yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dengan mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitas atau gejala yang ditunjukkan. Kemudian makna konotasi adalah makna-makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua (second order).
Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakannya istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat kultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang.
Penjelasan mana yang notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah (di samping budaya). Dengan kata lain, mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilaisejarah dan budaya masyarakat. Bagi Barthes teks merupakan konstruksi lambang-lambang atau pesan yang pemaknaannya tidak cukup hanya dengan mengaitkan signifier dengan signified semata sebagaimana disarankan oleh Saussure, namun juga harus dilakukan dengan memperhatikan susunan dan isi dari lambang. Karena hal ini maka pemaknaan terhadap lambang-lambang, bagi Barthes, selayaknya dilakukan dengan merekontruksi lambang-lambang bersangkutan. Dalam upaya tak terelakan: banyak hal diluar (atau tepatnya dibalik) lambang (atau mungkin bahasa) harus dicari untuk dapat memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang dan inilah yang disebut dengan mitos.
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang dikenal sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara lain:
a.       Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
b.      Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
c.       Semiotik faunal zoosemiotic, merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.
d.      Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan c erita lisan (folklore).
e.       Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
f.       Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

B.       Metodologi Penelitian
1.      Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari media elektronik. Data yang dimaksud adalah iklan televisi berupa kata-kata atau teks maupun tulisan yang ada pada iklan Domestos Nomos versi Cicak. Makna dari kata-kata dan tanda tanda yang terdapat dalam iklan tersebutlah yang akan di bahas di sini.

2.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode semiotik dengan analisis interpretatif pada data-data yang ada pada iklan Domestos Nomos versi “Cicak”. Dengan memfokuskan kepada makna setting, warna, Gesture, Jingle atau efek audio dan pemaknaan pada keseluruhan makna tanda yang terdapat pada iklan tersebut.
Representasi memiliki dua pengertian sehingga harus dibedakan antara keduanya. Pertama, representasi sebagai sebuah proses sosial dari representing, dan yang kedua, representasi sebagai produk dari proses sosial representing. Istilah yang pertama merujuk pada proses, sedangkan yang kedua adalah produk dari pembuatan tanda yang mengacu pada sebuah makna.[7]

3.        Analisis
a.       Pesan yang terkandung dalam iklan obat nyamuk yang menampilkan cicak sebagai modelnya ditelevisi.
Teknik animasi dijadikan pilihan bila konsep iklannya sulit dieksekusi dengan menggunakan aktor dari dunia nyata (real film). Iklan Domestos Nomos versi Cicak di Dinding telah memberikan ruang yang luas bagi kreatif iklan untuk menuangkan idenya. Efektifitas iklan animasi sendiri tidak tergantung pada produknya, melainkan lebih kepada massage apa yang ingin disampaikan dan bagaimana cara mengeksekusinya. Pesan dari produk anti nyamuk adalah menghilangkan gangguan nyamuk itu dan tanpa iklan animasi pun hal itu bisa dibuat. Namun untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari audiens, dan target market, maka dipakailah animasi.

b.      Denotasi Dan Konotasi Iklan Obat Nyamuk yang Terpampang
Iklan Domestos Nomos versi “Cicak” ini secara denotatif merepresentasikan fungsi untuk membasmi nyamuk yang coba di tunjukkan oleh hewan yang merupakan ikon dari alamiah dan obat nyamuk bakar yang merupakan ikon dari teknologi, keduanya bertujuan mengusir nyamuk. Pada akhirnya obat nyamuk dapat menunjukkan keampuhannya kepada audience/konsumen. Sedangkan secara konotatif iklan ini merepresentasikan bahwa fungsi dari teknologi merupakan cara yang cepat, praktis dan efisien dibandingkan fungsi yang dilakukan secara alamiah/konvensional.

c.       Makna Representasi Keperkasaan Teknologi atas Alam dalam Iklan Obat Nyamuk di Televisi, Dilihat dari Perspektif Semiotika.
Pada iklan Domestos Nomos versi “Cicak” ini termasuk pada representasi kedua, dimana representasi. Makna representasi hewan dalam iklan obat nyamuk bakar Domestos Nomos versi “Cicak” yang ditayangkan ditelevisi merupakan representasi keperkasaan teknologi atas fenomena alam, keberhasilan teknologi dalam menundukkan alam, dimana cicak merepresentasikan alam, obat nyamuk merepresentasikan kekuatan teknologi. Dengan demikian nyamuk bukan lagi korban dari “hukum alam”, tapi sebagai korban dari keperkasaan teknologi. Relasi antara cicak dan nyamuk merupakan metonimi dari intervensi teknologi atas hukum alam.dari pembuatan tanda yang mengacu pada sebuah makna.

d.      Hubungan antara Bentuk atau Ekspresi Iklan dengan Makna yang Terkandung di Dalam Iklan Obat Nyamuk
Seekor cicak merayap di dinding. Kepalanya menyumbul dari almari, mengintai nyamuk yang baru terbang. Malang nasib sang cicak, ia kalah cepat dengan asap obat nyamuk bakar dalam menangkap mangsa, begitu kesalnya ia kemudian turun menjulurkan lidahnya kepada obat nyamuk yang sudah menyala. Iklan tersebut merupakan cuplikan iklan domestos Nomos Versi Cicak di Dinding. Makna settingya menggambarkan seekor cicak kurus di tengah tembok dan produk Domestos Nomos dibawahnya disertai Jingle atau efek audio lagu anak-anak yaitu  Cicak-Cicak di Dinding dan di akhir lagu ada suara yang mengatakan “Siapa Cepat Dia Dapat” dan ada sebuat tulisan “Usir Nyamuk Extra Cepat”.
Ilustrasi iklan animasi Domestos Nomos memang lucu dan menyenangkan serta kreatif. Banyak audiens yang menyukainya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Teknik animasi biasanya dijadikan pilihan bila konsep iklannya sulit dieksekusi dengan menggunakan aktor dari dunia nyata (real film). Dalam kasus ini, tentunya belum ada cicak yang bisa dilatih untuk melakukan hal-hal tadi. Dalam hal ini, Domestos Nomos telah menerobos kelaziman iklan-iklan obat nyamuk dalam menyampaikan aspirasi iklannya.



BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Peneliti mendapatkan hasil bahwa iklan obat nyamuk Domestos Nomos Versi Cicak dapat menunjukkan keampuhannya kepada audience/konsumen melalui teknik animasi.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa analisis semiotik (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks.
Maka makna hewan dalam iklan obat nyamuk bakar Domestos Nomos versi “Cicak” yang ditayangkan ditelevisi merupakan representasi keperkasaan teknologi atas fenomena alam, keberhasilan teknologi dalam menundukkan alam, dimana cicak merepresentasikan alam, obat nyamuk merepresentasikan kekuatan teknologi. Dengan demikian nyamuk bukan lagi korban dari “hukum alam”, tapi sebagai korban dari keperkasaan teknologi. Relasi antara cicak dan nyamuk merupakan metonimi dari intervensi teknologi atas hukum alam.



[1] Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Edisi kedua, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2003), 7.
[2] Sumarlam dkk, Analisis Wacana, (Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta, 2009), 169.
[3] Terence Shimp A., Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid I, Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 2003), 357.
[4] Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium, (Jakarta: Prehallindo, 2002), 569.
[5] Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007), 155-156.
[6] Pawito, ..., 157-163.
[7] Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 61.




Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Milenium. Jakarta: Prehallindo.
Noviani, Ratna. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta.
Seto, Indiwan dan Wahyu Wibowo, 2003. Semiotika Komunikasi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Sumarlam dkk. 2009. Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.
Shimp Terence A. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jilid I. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar