Kamis, 07 Mei 2015

Jurnalisme Warga

PENDAHULUAN

Informasi menjadi sebuah kebutuhan yang tidak lagi bisa dipungkiri saat ini. Informasi yang cepat, akurat dan faktual, menjadi syarat penting dalam sebuah berita untuk dikonsumsi oleh masyarakat saat ini.
Kemajuan teknologi rupanya memepermudah dalam mendapatkan informasi yang dilakukan oleh perusahaan pers. Seperti jaringan akses internet yang mempermudah para contributor didaerah untuk mengirimkan hasil liputan mereka kekantor pusat. Biasanya para contributor tersebut terikat dengan perusahaan pers sehingga para contributor tidak memiliki hak untuk memberikan hasil liputannya kepada perusahaan pers yang lain.
Membicarakan tentang jurnalisme warga adalah bukti bahwa masyarakat itu sekarang sudah kritis. Mereka itu hanya sebatas jadi penonton dalam sebuah sajian berita saja. Masyarakat pun tak ketinggalan ingin membuat berita sendiri sesuai dengan sudut pandang sendiri . mereka ingin mencari kebenaran atas peristiwa yang ia saksikan, dengan bahasa penyajian yang diinginkan.
Dengan menggunakan telepon seluler yang ada fasilitas kameranya, orang bisa dengan mudah merekam sebuah peristiwa besar, yang ia saksikan didepan mata. Kemudian peristiwa itu dijual kepada televisi swasta.



PEMBAHASAN

Jurnalistik adalah kegiatan yang berhubungan dengan catat mencatat atau pelaporan setiap hari. Sedangkan jurnalis adalah orang yang melakukan kegiatan jurnalistik.
Warga (masyarakat) adalah orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur Negara.
Wartawan adalah sebuah profesi, dengan kata lain wartawan adalah seorang profesional. Seperti halnya dokter, guru, pengacara, atau bidan. Dalam menjalankan profesinya, seorang wartawan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban, dan fungsinya, yakni mengemukakan apa yang sebenarnya terjadi. Sebagai seorang profesional, seorang wartawan harus turun kelapangan untuk meliput suatu peristiwa yang terjadi kapan saja. Bahkan wartawan kadangkala harus bekerja menghadapi bahaya untuk mendapatkan berita terbaru dan original.
Saat ini, tidak hanya wartawan yang bisa mencari informasi yang teraktual dilingkuan sekitar masyarakat. Tetapi masyarakat sekarang pun banyak yeng mendapatkan informasi yang aktual dan menyebarkannya di media sosial karena saat ini teknologi sudah berkembang pesat.
Menurut Prof. David K. Perry gerakan jurnalisme public (jurnalisme warga) adalah upaya untuk mengubah pendapat bahwa para jurnalis dan pemirsa adalah hanya penonton dalam proses politik dan sosial. Dalam posisinya, jurnalisme public mencoba untuk menempatkan pembaca dan anggota-anggota komunitas sebagai partisipan.
Gagasan jurnalisme warga adalah menyuplai berita dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, supaya mereka bisa memenuhi kewajiban sebagai rakyat untuk membuat keputusan-keputusan didalam suatu wilayah.
Langkah pertama jurnalistik warga adalah mengumpulkan masyarakat untuk membicarakan masalah-masalah kebijakan sosial dan menyalurkan pendapat mereka melalui televisi, radio, media internet, dan media cetak. Tingginya tingkat keterlibatan masyarakat modern dengan teknologi dan media massa telah menjadikan misi ini terlaksana cukup baik.
Kita bisa melihat berbagai media massa, khususnya radio, televisi dan media internet, menyediakan acara dan program-program yang melibatkan pemirsa dalam membahas berbagai isu. Biasanya pemirsa dipersilahkan mengikuti acara langsung distudio atau melalui telepon dan sms, kemudian menyampaikan tanggapan yang dibicarakan lebih lanjut.
David K. Perry menjelaskan prinsip-prinsip dasar jurnalisme publik, yaitu:
1.      Mencoba menempatkan surat kabar dan para jurnalis sebagai partisipan aktif didalam kehidupan komunitas, bukan sebagai penonton yang tepisah.
2.      Menjadikan surat kabar sebagai forum untuk mendiskusikan masalah-masalah komunitas
3.      Mengutamakan isu-isu, peristiwa-peristiwa, dan masalah-masalah yang penting bagi khalayak ramai
4.      Mempertimbangkan opini public melalui proses diskusi dandebat bersama anggota-anggota komunitas
5.      Berusaha menjadikan jurnalisme sebagai kekuatan social
Jurnalisme warga sudah menjadi trand dikalangan masyarakat. Aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wartawan sekarang sudah dapat dilakukan oleh masyarakat biasa sekalipun, mudahnya akses internet juga mempermudah dalam melakukan aktivitas peliputan sehingga hasil peliputan dapat segera diterima oleh perusahaan pers. Semangat jurnalisme warga ini seharusnya dijaga agar masyarakat juga dapat berperan penting dalam melakukan kegiatan jurnalistik. Salah satunya dengan memberikan ruang public jurnalistik kepada masyarakat sehingga kegiatan jurnalistik pun dapat menjadi suatu kegiatan yang positif dan menyenangkan dimasyarakat.
Dengan jurnalisme warga, masyarakat umum akhirnya memperoleh kekuatan saluran untuk memperhatikan masalah-masalah warga, bahkan turut serta mengambil tindakan. Misalnya saat media melibatkan masyarakat dalam diskusi mengenai pemanasan global, banyak diantara anggota masyarakat yang akan tergugah untuk melakukan perubahan gaya hidup demi menyelamatkan lingkungan.
Dalam hal politik, jurnalisme warga mengizinkan masyarakat untuk lebih dekat dengan proses public seperti langkah-langkah pemilihan pejabat pemerintahan. Public bisa menyuarakan pendapat akan kandidat-kandidat yang diajukan melalui polling di media massa atau forum diskusi. Meski tidak dijamin akan mempengaruhi pilihan pembuat keputusan, paling tidak pemerintah dan rakyat bisa melihat adanya keberagaman pendapat.
Jurnalisme warga tidak bisa diandalkan untuk menyelesaikan segala macam masalah yang dihadapi sebuah kota, provinsi atau Negara, tetapi keberadaan suara rakyat, dimedia massa akan memberikan kekuatan pada public dan demokrasi. Masyarakat tidak akan merasa tersaingi lagi ditengah proses social dan politik yang terjadi di sekelilingnya.
Pemerintah menjadi kebebasan berpendapat bagi masyarakatnya. Media massa merupakan salah satu wujud kebebasan mengeluarkan pendapat. Namun itu masih terbatas dilingkungan perkantoran, bagaimana dengan saudara kita yang tinggal didaerah terpencil, misalnya diwilayah perbatasan dengan Negara lain, dimana akses media massa Jakarta maupun daerah sulit didapat. Masyarakat kota terutama Jawa sulit mencari berita tentang wiayah perbatasan demikian pula dengan orang perbatasan sulit untuk mendapatkan berita tentang isu nasional, bahkan cenderung tertinggal.
Pada kasus ini, sebenarnya masyarakatnya sendiri yang harus dimotivasi untuk membentuk media massa sendiri. Maksudnya untuk kebutuhan konsumsi berita dan hiburan sendiri. Ada sejumlah media alternative yang bisa dijadikan sebagai wadah menyampaikan informasi dan warta. Misalnya radio dengan frekuensi FM, internet, bulletin, maupun Koran.
Semua itu tergantung peran serta warga untuk meramaikan kegiatan pembuatan berita. Tanpa ada partisipasi dari mereka, berita sehebat apapun tak ada gunanya karena mereka tak diajak dalam proses pembuatan.
Yang menjadi kekurangan dari jurnalisme warga adalah kurangnya sosialisasi mengenai dasar-dasar peliputan oleh perusahaan pers sehingga berita-berita yang disajikan warga (masyarakat) terkesan tidak menarik pada penyajiannya. Clyde H. Bentley menilai bahwa sebagian besar masyarakat tidak ingin berkonstribusi secara nyata dengan menuliskan pikiran atau pendapat mereka tetang suatu hal.
            Di Indonesia sendiri sudah sangat banyak fasilitas pendukung untuk menyebarkan hasil peliputan masyarakat biasa seperti jejaring social ataupun media blogging atau dikenal dengan dunia maya, masyarakat dari kelas manapun dapat menyalurkan pikiran serta pendapatnya disana. Mulai dari nformasi yang actual hingga cerita dongeng sekalipun. Namun yang menjadi kelemahan media ini nilai dari ketepatan informasi yang disajikan para blogger, sehingga masyarakat terkadang dibuat ragu dengan informasi yang ada.



KESIMPULAN

Citizen Journalism atau dikenal sebagai jurnalisme warga bisa menjadi solusi bagi seseorang yang memiliki keinginan untuk bekerja sebagai wartawan, dalam hal ini adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Jurnalisme warga juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pers untuk mendapatkan berita secara actual.
Terdapat langkah dan beberapa prinsip-prinsip dasar jurnalistik warga menurut David K. Perry. Jurnalisme warga sudah menjadi trand dikalangan masyarakat. Aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wartawan sekarang sudah dapat dilakukan oleh masyarakat biasa sekalipun, mudahnya kases internet juga mempermudah dalam melakukan aktivitas peliputan sehingga hasil peliputan dapat segera diterima oleh perusahaan pers. Semangat jurnalisme warga ini seharusnya dijaga agar masyarakat juga dapat berperan penting dalam melakukan kegiatan jurnalistik.


DAFTAR PUSTAKA

Haris Sumadiria, AS. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
FR Kusumaningati, Imam. 2012. Serba-serbi tentang Citizen Journalism. Elex Media Komputindo
FR Kusumaningati, Imam. 2012. Panduan praktis menjadi Citizen Journalist. Elex Media Komputindo

Program Humas

PENDAHULUAN


Langkah pertama dalam perencanaan program komunikasi adalah menganalisis dan merumuskan masalah yang dihadapi. Kemudian merumuskan strategi, di mana dilakukan pemilihan media atau saluran komunikasi yang tepat sesuai dengan siapa khalayak yang hendak dijangkau dan apa tujuan yang akan dicapai.
Program PR atau humas dititik beratkan pada Program Pelayanan, Program Mediator, Program Dokumenter.
 

PEMBAHASAN


A.    Perencanaan Program Humas

Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau Technique Of Communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau Method Of Communication.[1] Penggunaan teori dan metode humas seperti jurnalistik, propaganda, periklanan dan publisitas bertujuan untuk memunculkan dan membentuk pengertian (good will), dukungan, dan citra positif dari publiknya, baik internal maupun eksternal. Sehingga diperlukan perencanaan program PR yang cermat dan hati-hati agar proses komunikasi yang terjadi dapat efektif.
Public Relation merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi.[2] Menurut Frank Jefkins PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik keluar maupun kedalam, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berdasarkan pada saling pengertian.


B.     Alasan Perencanaan Program Public Relations
1.      Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2.      Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan.

3.      Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan:
a.       Jumlah program
b.      Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program humas yang telah diprioritaskan itu
4.      Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan jumlah dan kualitas:
a.       Personil yang ada
b.      Daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya
c.       Anggaran dana yang tersedia


Hal-hal yang perlu diingat dalam perencanaan program-program Public Relations:
1.      Jam kerja
2.      Prioritas
3.      Penentuan waktu
4.      Sumber daya
5.      Peralatan
6.      Anggaran


C.    Titik Beratkan Program PR atau Humas[3]
1.      Program Pelayanan
Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik secara lisan maupun tertulis termasuk penyelenggaraan pameran.

2.      Program Mediator
Program ini berupa penerbitan berbagai media massa, penyelenggaraan konperensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca sampai menanggapi tajuk rencana yang negatif.
3.      Program Dokumenter
Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto, transkip pidato dan lainya.

Untuk melakukan perencanaan program-program PR dapat menggunakan model perencanaan PR Enam langkah yang sudah diterima secara luas oleh praktisi PR professional sebagai berikut :
1.      Pengenalan situasi
2.      Penetapan tujuan
3.      Definisi khalayak
4.      Pemilihan media dan teknik-teknik PR
5.      Perencanaan anggaran
6.      Pengukuran hasil

Untuk memahami situasi yang ada perlu diadakan suatu penyelidikan melalui observasi atau melalui studi informasi dan statistik. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh para praktisi PR adalah pengumpulan pendapat atau studi sikap.[4] Dengan cara melakukan wawancara kepada sejumlah responden sampel yang mewakili khalayak yang dituju. Kemudian jawaban-jawaban di kelompokan menurut kategori yang telah ditetapkan. Misalnya sampel itu dibentuk berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan, umur, latar belakang pendidikan dan status ekonomi sosial.
Selain itu masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenali situasi seperti peantauan berita-berita yang ada di media massa, tinjauan terhadap angka grafik penjualan dari laporan tahunan, keluhan konsumen, sampai dengan kajian secara mendalam terhadap berbagai kekuatan pasar mulai dari yang bersifat ekonomis, sosial hingga yang berdimensi politis.
Setelah memahami situasi yang ada, tahap selanjutnya adalah menetapkan tujuan. Akan tetapi mengingat jenis dan karakter organisasi yang bermacam-macam, maka tujuannya pun bervariasi. Sehingga tidak semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan menentukan skala prioritas yang paling dibutuhkan untuk mengubah citra umum dimata khalayak.
Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal.[5] Setiap organisasi memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itulah suatu organisasi menjalin komunikasi. Dalam buku Public Relations karangan Franks Jefkins menjelaskan terdapat sepuluh khalayak yang sering menjadi subyek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum.
Pemilihan media komunikasi dan teknik PR
Setelah mengetahui secara jelas dari khalayak serta hasil yang akan dicapai, kemudian memilih media yang cocok untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antara suatu organisasi dengan khalayaknya. Media-media utama bagi kegiatan PR diantaranya :
1.                 Media pers (press). Media ini terdiri dari berbagai macam koran yang beredar dimasyarakat secara umum, baik bersekala regional atau nasional bahkan Internasional. Contonya adalah Koran-koran gratis, majalah-majalah organisasi, buku-buku petujuk khusus, buku-buku tahunan dan laporan-laporan dari berbagai berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan untuk umum.
2.                 Audio-Visual. Media ini terdiri dari slide dan kaset video
3.                 Radio. Kategori ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang skala
lokal, nasional hingga internasional.
4.                 Televisi. Sama halnya dengan radio televisi sering digolongkan sebagai media PR .
5.                 Pameran (exhibition). Dalam melaksanakan suatu program atau kampanye PR, para praktisi PR juga sering memanfaatkan acara eksibisi atau pameran
6.                 Bahan-bahan cetakan (printed material). Yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan PR.
7.                 Penerbitan buku khusus (sponsored books). Isi buku ini bisa bemacam-macam, misalnya buku petunjuk penggunaan produk yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.
8.                 Surat langsung (direct mail). Media ini lazim pula digunakan sebagai alat penyampai pesan PR.
9.                 Pesan-pesan lisan (spoken word). Penyampaian pesan PR tidak hanya dilakukan melalui media massa tapi juga bisa melalui komunikasi langsung atau tatap muka.
10.             Pemberian sponsor (sponsorship). Suatu organisasi atau perusahaan bisa pula menjalankan kegiatan PR-nya melalui penyediaan dana atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olahraga, ekspedisi, beasiswa, sumbangan amal, dan lain sebagainya.
11.             Jurnal organisasi (house jurnals). Istilah jurnal organisasi juga sering disebut sebagai “jurnal internal”, “bulletin terbatas”, atau “Koran perusahaan”.
12.             Ciri khas (house style) dan identitas perusahaan (corporateidentity). Bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung pada bentuk dan karakter organisasinya.
Bentuk-bentuk media PR lainya. Selain diatas masih banyak lagi bentuk-bentuk media PR. Seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi contonya dengan membuat website organisasi pembagian stiker organisasi dan lain-lain.

D.    Program Manajemen Humas
Menurut Widjaja sesuai peranannya sebagai pengabdi untuk kepentingan umum, sebagai mediator antara pimpinan dengan publik, dan sebagai dokumentator, maka program humas menitikberatkan pada:[6]
  1. Program Pelayanan
Program ini berupa layanan data/informasi baik secara lisan maupun tertulis, termasuk penyelenggaraan display tetap dan pameran.
  1. Program Mediator
Program ini berupa penerbitan berbagai media massa, penyelenggaraan konperensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca, menanggapi tajuk rencana yang negatif dan lain-lain.
  1. Program Dokumentator
Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto rekaman (kaset, audio dan video), transkrip pidato dan lain-lain.




KESIMPULAN


Program PR atau humas dititik beratkan pada:
1.      Program Pelayanan
Program ini berupa pelayanan data atau informasi baik secara lisan maupun tertulis termasuk penyelenggaraan pameran.
2.      Program Mediator
Program ini berupa penerbitan berbagai media massa, penyelenggaraan konperensi pers, wisata pers, menjawab surat pembaca sampai menanggapi tajuk rencana yang negatif.
3.      Program Dokumenter
Program ini berupa pembuatan dokumentasi film, foto, transkip pidato dan lainya.


DAFTAR PUSTAKA



Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations. Jakarta: PT. Grafiti. 2003

Abdurrachman, Oemi, Dasar-dasar Public Relations, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung : 1993

Jafkins,Frank. Public Relations. Jakarta: PT. Erlangga. 1998

Jafkins, Frank. Public Relation. Jakarta: PT. Erlangga. 2003

Widjaja, H.A.W. Komunikasi (Komunikasi & Hubungan Masyarakat).  Jakarta:  PT. Bumi Aksara. 2008



[1] Oemi, Abdurrachman, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm: 10
[2] Rhenald, Kasali, Manajemen Public Relations, (Jakarta :PT. Grafiti, 2003), hlm: 1 
[3] H.A.W. Widjaja,. Komunikasi (Komunikasi & Hubungan Masyarakat, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm: 61
[4] Frank Jafkins, Public Relations, (Jakarta: PT. Erlangga, 2003), hlm: 61
[5] Frank, Jafkins, Public Relations, (Jakarta: PT. Erlangga, 1998), hlm: 80 
[6] H.A.W, Widjaja, Komunikasi (Komunikasi & Hubungan Masyarakat), ( Jakarta:  PT. Bumi Aksara, 2008), hlm: 61

Ilmu Mantiq (Pernyataan yang Sama)


PENDAHULUAN

Ilmu mantik adalah bahasa arab yang merupakan terjemahan dari kata logika, suatu hasil yang gemilang dari Aristhoteles (384-322 SM). Seorang filosof ulung dari Yunani. Ilmu mantik adalah ilmu tentang kaedah-kaedah yang dapat membimbing manusia kearah yang berfikir secara benar yang menghasilkan suatu yang benar sehingga terhindar berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah. Kaedah-kaedah tersebut tidak hanya membimbing manusia bagaimana ia berfikir melainkan mengajarkan juga  mengajarnya tentang cara berfikir supaya dengan segera ia  bisa sampai kepada kesimpulan yang benar.
Pada kesempatan ini pemakalah akan mencoba menjelaskan salah satu kaedah-kaedah yang terdapat dalam ilmu mantik ini, yaitu kaedah mengenai Penalaran tak Langsung(al-Istidlaal goiru al-mubasyarah)
ilmu ini sangat penting untuk dipelajari sebab ilmu ini berperan pentingan dalam mengasah otak agar dapat menghasilkan penalaran-penalaran yang benar dan bermanfaat.


PEMBAHASAN

A.    Permasalahan
Setiap pernyataan dalam bentuk A, E, I atau O dapat kita tarik permasalahan lain yang tersirat di dalamnya. Permasalahan itu adalah semakna dengan pernyataan aslinya tertapi berbeda dalam redaksinya. Dalam logika proses ini disebut penyimpulan Eduksi. Eduksi memberitahu kita bagaimana seharusnya mengubah suatu proposisi kepada proposisi lain tanpa mengubah makna, disamping member pedoman apakah dua proposisi kategori atau lebih mempunyai makna yang sama atau beda.[1]

B.     Teknik-Teknik Eduksi
Untuk menyatakan suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna serta menguji kesamaan makna dari beberapa proposisi yang kita hadapi kita perlu mengetahui proses penyimpulan eduksi, melalui teknik konversi, obverse kontra posisi dan inverse.
1.      Konversi
Adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan menukar kedudukan subyek dan predikat pernyataan aslinya. Subyek pernyataan pertama menjadi predikat dan predikatnya menjadi subyek pada proposisi yang baru.  Jadi kita beralih dari pernyataan tipe S P kepada tipe P S.
Tetapi kita harus waspada, karena tidak selamanya dengan pembalikan begitu saja akan di dapat proposisi baru yang benar.
Sedangkan pernyataan aslinya disebut Konvertend sedangkan penyataan baru yang dihasilkan disebut Konverse. Agar didapat Konverse yang benar perlu diperhatikan patokan berikut:

ü  Pernyataan bentuk A harus dikonversikan menjadi I
ü  Pernyataan bentuk I konversinya bentuk I juga
ü  Pernyataan E konversinya bentuk E juga
ü  Pernyataan O tidak dapat dikonversikan
Penting di etahui bahwa dalam proses konversi kita tidak terikat semata-mata dengan kata-kata pada pernyatan aslinya, tetapi boleh saja menambah untuk menjaga agar makna proposisi pertama tidak berubah.
Bila kita terikat semata-mata dengan term yang ada pada pernyataan aslinya akan didapat konverse yang janggal.
Pernyataan betuk singular konversinya diperlakukan sebagaimana bentuk universal. Manakala proposisinya positif diperlakukan sebagaimana bentuk A dan apabila negatif diberlakukan sebagaimana bentuk E.
Dari permasalahan di atas dapat simpulkan proses konversi dari semua bentu proposisi, yaitu:
a)      Bentuk A, dibalik dan diubah menjadi I
b)      Bentuk I, tinggal dibalik saja
c)      Bentuk E, tinggal dibalik saja
d)     Bentuk O, tidak bisa dikonversikan

2.      Obversi
Adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan mengubah kualitas pernyataan aslinya. Jika pernyataan semua positif, maka permasalahan yang dihasilkan negative, begitu sebaliknya. Dengan kata lain, kita mengungkapkan kembali makna suatu proposisi dengan mengkontradiksikan predikat pernyataan aslinya. Jadi kita beralih dari pernyataan tipe S P menjadi tipe S tak-P atau tipe S tak-P menjadi tipe S P. jika pada teknik konversi didapati ada perubahan dalam kuantitas tanpa perubahan pada kulitas, maka pada teknik ini harus mengubah kualitas tanpa mengubah kuantitas proposisi.
Pernyataan aslinya disebutobvertend dan pernyataan yang dihasilkan disebut obverse. Observe dari keempat bentuk proposisi adalah:
·         Bentuk A menjad E
·         Bentuk I menjadi O
·         Bentuk E menjadi A
·         Bentuk O menjadi I

3.      Kontraposisi
Adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna, dengan menukar kedudukan subyek dan predikat pernyataan asli dan mengontradiksikan masing-masingnya. Jadi kita beralih dari permasalahan tipe S P kepada permasalahan tipe S P kepada permasalahan tipe tak-P tak-S.
Proses pengungkapan kontraposisi tidak memerlukan patokan baru karena untuk menghasilkan prposisi dimaksud, tiggal menggunakan teknik konversi dan obverse yang sudah dikenal. Caranya adalah membuat obverse dari permasalahan aslinya, kemudian konverskan dan selanjutnya obversikan. Hasil dari obverse inilah didapati proposisi kontraposisi. Pernyataan aslinya disebut kontraponend dan pernyataan yang disebut kontrapositif.
Secara bertahap proses penyimpulan kontraposisi dari semua bentuk adalah sebagai berikut:
·         Bentuk A, menjadi A
·         Bentuk I
·         Mentuk E, menjadi O
·         Bentuk O, menjadi O[2]

Berdasarkan pedoman tersebut dapat membuat proposisi kontrapositif secara langsung:
ü  Kontrponend: semua patriot adalah pemberani
ü  Kontrapositif: semua yang non-pemberani adalah non-patriot
ü  Kontraponend: semua perjudian tidak diizinkan
ü  Kontrapositif: sebagian yang non-diizinkan adalah bukan non-perjudian
ü  Kontraponend: sebagian politikus tidak berpendidikan tinggi
ü  Kontrapositif: sebagian yang non-berpendidikan tinggi adalah bukan non-politikus.

4.      Inversi
Adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan mengontradiksikan subyek dan predikat pernyataan aslinya. Jadi kita beralih dari permasalahan tipe S P menjadi tipe tak-S tak-P.
Untuk menhasilkan proposisi inverse harus menggunakan teknik obverse dan konversi secara bergantian dan berulang-ulang sehingga mendapatkan proposisi dimaksud. Oleh karena itu, tidak hanya sekali menggunakan teknik obverse dan konversi maka pernyataan I dan o tidak dapat ditarik proposisi inversinya.
Jadi dalam proses menyimpulkan inverse hanya bisa diterapkan untuk permasalahan A dan E saja. Patokan lain yang perlu diperhatikan adalah: bila pernyataan aslinya bentu A maka proposisi yang dihasilkan I dan bila E yang dihasilkan O. Bila pernyataan asli berbentuk A proses inversinya harus mulai dengan obverse  sedangkan bila E harus dimuli dengan konversi. Pernyataan asli disebut Invertend dan pernyataan yang dihasilkan disebut Inverse.[3]


KESIMPULAN

Ilmu mantik adalah bahasa arab yang merupakan terjemahan dari kata logika, suatu hasil yang gemilang dari Aristhoteles (384-322 SM).
Proposisi adalah suatu penuturan (assertion) yang utuh misalnya, karate adalah salah satu seni bela diri.
Jika didefinisikan preposisi diartikan sebagai ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi (pernyataan) dari sebuah keputusan/pembicaraan logika dan pernyataan fikiran.
Menurut bentuknya proposisi terbagi menjadi 3 :
a.       Proposisi hipotetik yaitu proposisi yang antara bagian-bagiannya terdapat hubungan oposisi, kesamaan, dll.
b.      Proposisi disyungtif yaitu tipe preposisi kondisional yang kebenarannya digantungkan pada syarat tertentu.
c.       Apabila dua pernyataan ditampilkan simultan itulah apa yang oleh logika disebut Oposisi atau hubungan logika.
Pernyataan yang sama yaitu bagaimana seharusnya mengubah suatu proposisi kepada proposisi lain tanpa mengubah makna.disamping memberi pedoman apakah dua proposisi kategorik atau lebih mempunyai makna yang sama atau berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

Mundiri. 2006. Logika. Jakarta: RajaGrafindo Persada




[1]               Mundiri. Logika. Jakarta: PT. Rajabrafindo Persada. 2006. Hlm. 83
[2]               Ibid. Hlm. 92
[3]               Ibid. Hlm. 94