PENDAHULUAN
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan
pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis. Filsafat Yunani klasik juga
merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara
sistematis dan lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.
Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh
apa yang menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran
filsafat.
Mempelajari sejarah filsafat juga
menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh
sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai
sekarang.
Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa
setiap teori ada kelemahannya
dan ada kebaikannya,
karena itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat,
saling memberi dan menerima
(take and give), dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan
hidup manusia.
Zaman Yunani Klasik dimulai dari Socrates tetapi belum
sampai pada suatu sistem filosofi. Filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan
Aristoteles, berdasarkan ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika serta
filosofi alam yang berkembang sebelum Socrates.
Socrates(470 SM-399 SM) lahir di Athena dari seorang ayah
yang bekerja sebagai pembuat patung dan seorang ibu yang bekerja sebagai bidan.
PEMBAHASAN
A. Filsafat Klasik
Disebut filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya
mampu menguasai sistem pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama
dua ribu tahun. Para filosuf klasik muncul berusaha untuk membangkitkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang waktu itu mengalami
pendangkalan dan melemahnya tanggung jawab manusia karena pengaruh negatif dari
para filosuf aliran Sofisme.
Adapun yang dimaksud para filosuf yang termasuk dalam
filsafat klasik itu adalah, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
1.
Socrates
Filsafat Pra Socrates Bangsa Yunani
merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir.
Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya
tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut
Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani
sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan
tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone
berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan
mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Lahirnya filsafat pra socrates
juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima
dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir
atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat
terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra
Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli filsafat
dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan
filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui
darimana terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan
pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu
kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat
ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian
alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang
hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka
jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah
kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada
apa yang dapat diamati.[1]
Socrates
lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya
adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan.
Socrates
terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian
pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga
dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia
melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang
didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang
mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri
tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi
satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat
itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode
berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang
membantu kelahiran seorang bayi dengan
caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang
dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada
orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi
pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates
membenarkan suara gaib
tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena
dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada
dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak
bijaksana.
Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat
secara umum.[2]
2.
Plato
Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer
dan dihormati di antara filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal
bagi perkembangan filsafat dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427
SM, pada masa akhir zaman keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles
berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling
terpandang di Athena.
Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir
Athena. Ibunya, Perictione adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis
yang menulis undang-undang tentang demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam
lingkungan aristokrat membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat tinggi
Athena, walau ia seorang yang pendiam dan dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya,
Socrates, yang telah mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya
yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Π atau Politeia,
"negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di
mana Socrates adalah
peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan
tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato
scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah
Bersifat Sokratik yang dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato
selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.
ciri yang kedua adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis
dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan
tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.
Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka
yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang
ketiga adalah Adanya mite-mite Plato menggunakan mite-mite untuk
menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato
ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua
ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan
berbentuk dialog.
3.
Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota di
wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun
384 SM. Ayahnya
adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia
17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi
guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles
meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru
bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali
ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan
akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan
politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari
Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates.
Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia
merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi
secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang
menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan
bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran
lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu
tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena
benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana
penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak
pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang
dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang
bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia
menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir
yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat
digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang
telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati
(premis mayor).
Sokrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik,
Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki. Karena
luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi
bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi,
Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan
ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori
retorika dan puisi.
KESIMPULAN
Tujuan filosofi filsafat pra
Socrates adalah memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan
pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal.
Tiga tokoh filosofi Yunani yakni,
Sokrates, Plato, Aristoteles.
1.
Socrates (470 – 399
Sm)
Dengan sekuat tenaga
ia menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik, sebagai
nilai-nilai yang obyektif yang harus di junjung tinggi oleh semua orang. Ia
seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia dihukum mati dengan meminum cawan
berisi racun. Murid yang paling setia adalah Plato.
2. Plato (427 – 347 Sm)
Dilahirkan di Antena
dalam kalangan bangsawan, ia mendirikan sekolah diberi Akademia. Menurut Plato
, manusia dapat dibandingkan orang tahanan, mereka hanya melihat bayang-bayang
yang dipantulkan dinding gua, namun setelah dilepaskan mereka melihat cahaya
matahari yang menyilaukan, dan orang yang lepas tadi, masuk lagi ke dalam gua
dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa bayangan di dalam gua itu bukan realitas,
Tapi realitas yang diceritakan kepada teman-temannya dalam gua tidak dipercaya
oleh mereka . Menurut plato realitas seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia (dunia yang terbuka dengan rasio dan dunia yang terbuka dengan pancaindra).
3. Aristoteles (384 – 322 Sm)
Mendirikan sekolah bernama Lykeion (dilatinkan Lyceum). Aristoteles lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki
dan mengumpulkan data kongkret. Kritik tajam ditujukan pada Plato tentang
ide-ide. Ia berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan materi.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus
: Yogyakarta
Muzairi, 2009. Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras
[1] Harun, Hadiwijono, Sari
Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisus, 1980), hlm. 16
[2]
Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta
: Teras, 2009), hlm. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar