Kamis, 07 Mei 2015

Filsafat Klasik

PENDAHULUAN

Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis. Filsafat Yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara  sistematis dan lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.
Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.
Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya, karena  itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.
Zaman Yunani Klasik dimulai dari Socrates tetapi belum sampai pada suatu sistem filosofi. Filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika serta filosofi alam yang berkembang sebelum Socrates.
Socrates(470 SM-399 SM) lahir di Athena dari seorang ayah yang bekerja sebagai pembuat patung dan seorang ibu yang bekerja sebagai bidan.



PEMBAHASAN

A.    Filsafat Klasik
Disebut filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya mampu menguasai sistem pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama dua ribu tahun. Para filosuf klasik muncul berusaha untuk membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang waktu itu mengalami pendangkalan dan melemahnya tanggung jawab manusia karena pengaruh negatif dari para filosuf aliran Sofisme.
Adapun yang dimaksud para filosuf yang termasuk dalam filsafat klasik itu adalah, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
1.      Socrates
Filsafat Pra Socrates Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.
Filsafat Pra Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli filsafat dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui darimana terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.
Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang dapat diamati.[1]
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan.
Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.[2]

2.      Plato
Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena.
Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Π atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.  Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya mite-mite  Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.

  
3.      Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan  menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.  Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.



KESIMPULAN

Tujuan filosofi filsafat pra Socrates adalah memikirkan soal alam besar darimana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal.
Tiga tokoh filosofi Yunani yakni, Sokrates, Plato, Aristoteles.
1.      Socrates (470 – 399 Sm)
Dengan sekuat tenaga ia menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik, sebagai nilai-nilai yang obyektif yang harus di junjung tinggi oleh semua orang. Ia seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia dihukum mati dengan meminum cawan berisi racun. Murid yang paling setia adalah Plato.
2.      Plato (427 – 347 Sm)
Dilahirkan di Antena dalam kalangan bangsawan, ia mendirikan sekolah diberi Akademia. Menurut Plato , manusia dapat dibandingkan orang tahanan, mereka hanya melihat bayang-bayang yang dipantulkan dinding gua, namun setelah dilepaskan mereka melihat cahaya matahari yang menyilaukan, dan orang yang lepas tadi, masuk lagi ke dalam gua dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa bayangan di dalam gua itu bukan realitas, Tapi realitas yang diceritakan kepada teman-temannya dalam gua tidak dipercaya oleh mereka . Menurut plato realitas seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia (dunia yang terbuka dengan rasio dan dunia yang terbuka dengan pancaindra).
3.      Aristoteles (384 – 322 Sm)
           Mendirikan sekolah bernama Lykeion (dilatinkan Lyceum). Aristoteles lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan data kongkret. Kritik tajam ditujukan pada Plato tentang ide-ide. Ia berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan materi.


DAFTAR PUSTAKA


Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1,Kanisus : Yogyakarta

Muzairi, 2009. Filsafat Umum, Yogyakarta : Teras



[1] Harun, Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisus, 1980), hlm. 16
[2] Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta : Teras, 2009), hlm. 49

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar